Tapi dengan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi, hidup di awan bukan lagi fantasi. Pengguna komputer dan gadget tidak perlu mengikuti jejak Putri Annika menunggangi kuda terbang Pegasus untuk bisa pergi ke Kerajaan Awan. Cukup beberapa kali klik, Anda sudah bisa merasakan enaknya hidup di awan.
Yang saya maksud tentu bukan bagaimana menjadi bagian dari kisah Barbie and The Magic of Pegasus, tapi bagaimana memanfaatkan teknologi Komputasi Awan atau, orang-orang berlidah English bilang, “Cloud Computing”.
Di kalangan korporasi penyedia layanan dan konten internet, semisal pemilik website berita, komputasi awan pribadi belum dilirik sepenuh mata. Tidak banyak perusahaan yang memanfaatkan server virtual untuk menampung database yang setiap menit bertumbuh sekian kali lipat. Mereka masih meragukan keamanan dan durabilitas layanan komputasi awan yang ditawarkan. Ada juga alasan kerahasiaan data dan pertimbangan-pertimbangan lainnnya.
Akhirnya, perusahaan lebih memilih membeli atau menyewa server yang terlihat fisiknya. Bukan server virtual yang entah ada di mana barangnya.
Sebaliknya, di kalangan pengguna internet, teknologi ini, atau komputasi awan untuk umum, sedang berkembang pesat. Pastinya karena iming-iming gratis yang ditawarkan. Berhubung gratis, siapa sih yang gak mau.
Salah satu contoh layanan komputasi untuk umum yang bisa digunakan oleh setiap orang misalnya Dropbox. Layanan ini menyediakan tempat penyimpanan data atau file di awan. Namanya sangat cocok dengan layanan yang diberikan: Kotak untuk Mendrop Barang.
Dengan Dropbox, Anda akan memiliki satu folder khusus di Window Explorer (bagi pengguna Windows) bernama “Dropbox”. Folder ini berbaris manis dengan folder-folder seperti “Desktop” dan “Download”. Folder otomatis muncul begitu Anda selesai meng-install aplikasi Dropbox untuk Windows. Aplikasi ini memang dirancang untuk tidak memiliki tampilan khusus seperti lazimnya aplikasi lainnya. Dia menyatu dengan Windows Explorer dalam bentuk folder.
Tapi berbeda dengan yang lainnya, folder “Dropbox” dilengkapi dengan tanda contreng warna hijau. Gambar contreng itu menunjukkan aktifitas sinkronisasi antara komputer dan server awan melalui jaringan internet. Ya, file apapun yang Anda masukkan ke dalam folder ini, akan otomatis tersimpan di dua harddisk: Harddisk yang ada di komputer atau laptop, dan harddisk yang ada di server Dropbox.
Saat Anda memasukkan file, akan muncul tanda memutar warna biru. Itu artinya, ada satu atau beberapa file yang belum tersimpan di awan. Begitu tanda berubah menjadi contreng warna hijau, semua file sudah tersimpan rapi di kedua tempat.
Dengan file di awan, Anda bisa membukanya di sembarang tempat pada sembarang perangkat (orang bule nyebutnya gadget). Tentu perangkat atau komputer yang digunakan harus dipersenjatai dengan aplikasi Dropbox yang sudah tersedia untuk sistem operasi komputer meja (Windows, Mac, Linux), maupun sistem operasi komputer bergerak (iOS, Android, BlackBerry). Dropboxx belum tersedia untuk Windows Mobile (Nokia Lumia dll), tapi penggunanya bisa menggunakan aplikasi ketiga bernama mirip: Droppedboxx.
Kecanggihan lain yang ditawarkan Dropbox adalah kemudahan berbagi berkas ke orang lain. Semisal Anda ingin mengirim sekotak folder berisi ratusan foto ke seseorang, cukup masukkan foto-foto itu ke folder Dropbox lalu kirim tautannya ke orang yang dituju. Ini lebih praktis dibandingkan mengirim foto-foto terkompresi dalam sekian kali email berseri.
Secara global, Dropbox sudah digunakan oleh 100 juta orang di 500 juta perangkat. Setiap sehari, demikian CEO Dropbox Drew Houston di ajang Mobile World Congress 2013, orang-orang menyimpan satu miliar file ke layanan penyimpanan online Dropbox
Di Indonesia sendiri, penggunanya melonjak 500 persen lebih dalam setahun terakhir. Jumlah file yang disimpan mencapai lima juta berkas setiap harinya.
Tapi ternyata belum semua orang Indonesia pengguna komputer plus internet memanfaatkan layanan ini. Bukan karena faktor kemauan, tapi faktor kebiasaan. Ini seperti kebiasaan menyimpan uang di rumah yang tidak mudah diubah saat bank pertama kali hadir dengan layanan penyimpanan uang di bank.
Padahal, dengan menyimpan berkas di dua tempat, Anda sudah mengantisipasi banyak hal, termasuk musibah banjir dan kebakaran. File yang bisa di banyak tempat juga memudahkan pekerjaan dan membuat Anda tidak perlu ribet membawa-bawa laptop hanya untuk melanjutkan sebuah pekerjaan yang tersimpan di harddisk. Anda juga terbebas dari risiko penyebaran virus melalui Flashdisk.
Tapi perlu diingat, bahwa layanan ini gratis-terbatas. Pengguna hanya mendapatkan kuota dua giga plus bonus sekian ratus mega bita dari penyedia layanan. Kalau ingin menambah ruang penyimpanan, Dropbox menyediakan mekanisme pembayaran yang bisa Anda pilih sesuai kebutuhan dan kemampuan.
sumber: http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2013/05/14/belajar-hidup-di-awan-dengan-dropbox-560170.htmlhttp://teknologi.kompasiana.com/gadget/2013/05/14/belajar-hidup-di-awan-dengan-dropbox-560170.html